Oleh karena itu untuk dapat mencapai tujuan tersebut maka cara-cara pengumpulan sampel harus memiliki syarat-syarat tertentu. Sebuah sampel harus dipilih sedemikian rupa, sehingga mempunyai kesempatan dan peluang yang sama, disamping itu pengambilan sampel yang secara acak (random) harus menggunakan metode yang tepat sesuai dengan cirri-ciri popuasi dan tujuan penelitian.
Suatu metode pengambilan sampel yang ideal mempunyai sifat-sifat seperti berikut :
1. Dapt menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi (obyek penelitian)
2. Dapat meningkatkan presisi (tingkatan ketepatan) dari hasil penelitian dengan menentukan penyimpangan baku dari taksiran yang diperoleh.
3. Sederhana, sehingga mudah dilaksanakan.
4. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah-rendahnya.
Dalam menentukan pengambilan sampel digunakan dalam suatu penelitian, peneliti harus memperhatikan hubungan antara biaya, tenaga, dan waktu disatu pihak serta besarnya presisi (tingkat ketepatan) dilain pihak. Apabila jumlah biaya, tenaga dan waktu sudah dibatasi sejak semula, maka peneliti harus berusaha mendapatkan suatu metode mengambilan sampel yang dapat menghasilkan presisi yang tinggi. Perlu didasari bahwa tingkat presisi yang tinggi tidak mungkin dicapai dengan biaya, tenaga, dan waktu yang terbatas. Yang mungkin dapat dicapai ialah tingkat presisi tertentu dengan biaya, tenaga dan waktu yang terbatas.
Kita perlu memperhatikan efektifitas (ketepatan cara) dalam memilih metode pengambilan sampel, sering timbul pertanyaan berapa besarnya sampel yang harus diambil untuk mendapatkan data yang representative (yang dapat mewakili)
Ada empat factor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel dalam suatu penelitian, sebagai berikut :
1. Derajat Keseragaman dari Populasi
Makin seragam populasi itu, makan akan makin kecil sampel yang dapat diambil. Apabila populasi itu seragam sempurna, maka satu-satuan elementer (unsure-unsur) dari seluruh populasi itu sudah cukup representative (mewakili) untuk diteliti.
Sebaliknya apabila populasi itu amat tidak seragam, maka hanya pencacahan lengkaplah maksudnya kesimpulan dari acuannya itu yang dapat memberikan gambaran yang representative.
2. Presisi (tingkat ketepatan) yang dikehendaki dari penelitian.
Makin tinggi presisi yang dikehendaki, maka makin besar pula sampel yang harus diambil. Jadi sampel yang besar cenderung memberikan perkiraan yang lebih mendekati nilai yang sesuguhnya. Semakin besar sampel yang diambil, maka semakin kecil pula pengelolaan/ penyimpangan terhadap nilai populasi.
3. Rencana @nalisa
Adakalanya besarnya sampel sudah mencukupi sesuai dengan presisi (tingkat ketepatan) yang dikehendaki, akan tetapi kalau dikaitkan dengan kebutuhan analisa atau penyelidikan suatu peristiwa, kejadian, untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya maka jumlah sampel tersebut kurang mencukupi.
4. Tenaga, Biaya, dan waktu.
Apabila ingin mendaptkan presisi yang tinggi, maka sampel harus besar, akan tetapi apabila tenaga, biaya dan waktu terbatas, maka jelaslah tidak mungkin untuk mengambil sampel dalam jumlah besar, dan ini berarti presisinya akan menurun.
Walaupun besarnya sampel yang harus diambil dalam suatu penelitian didasarkan atas keempat pertimbangan tersebut diatas, tetapi agar dapat menghemat tenaga, biaya dan waktu, maka seorang peneliti harus dapat memperkirakan besarnya sampel yang akan diambil, sehingga presisi (tingkat ketepatan) dianggap cukup untuk menjamin tingkat kebenaran dari hasil penelitian.
Jadi penelitilah yang harus menentukan tingkat presisi (tingkat ketepatan) yang dikehendaki yang selanjutnya berdasarkan presisi tersebut dapat menentukan besarnya jumlah sampel.
PEMBUATAN KUISIONER
Pada penelitian, survey penggunaan kuisioner merupakan hal pokok guna untuk penggumpulan data. Tujuan pokok pembuatan kuisioner adalah sebagai berikut :
- Untuk memperoleh informasi yang relevan (yang berkaitan atau berhubungan atau berguna secara langsung) dengan tujuan penelitian, survey.
- Untuk memperoleh informasi dengan reliabilitas (yang dapat dipertanggung jawabkan) dan validitas (keabsahannya) setinggi mungkin.
Mengingat terbatasnya masalah yang dapat ditanyakan dalam kuisioner, senantiasa perlu diingat agar pertanyaan-pertanyaan memang langsung berkaitan dengan hipotesa (kesimpulan sementara) dan acuan penelitian tersebut.
Dalam variable-variabel atau konsep-konsep yang mempunyai variasi nilai sudah jelas, maka pertanyaan itupun menjadi jelas, hal ini tentunya berkaitan dengan kemampuan teknis pembuatan kuisioner walaupun titik tolaknya variable-variabel yang jelas dan relevan. Sebaliknya jika variable-variabel masih kabur dalam pikiran peneliti maka pertanyaanpun akan menjadi kabur dan mungkin sekali dimasukkan dalam pertanyaan yang tidak relevan, sehingga akan menimbulkan masalah pada analisa data dan penulisan hasil penelitian.
Sebelum membuat kuisioner ada baiknya dipelajari dulu kuisioner yang sudah ada terlebih dahulu, yang relevan dengan topic penelitian yang akan dilakukan, akan tetapi contoh kuisioner tersebut bukan untuk ditiru, apabila keadaan memungkinkan sebaiknya didiskusikan dengan peneliti yang menggunakannya, karena yang bersangkutan dapat memberitahukan kelemahan dari pertanyaan tertentu didalam kuisioner tersebut, sehingga dapat memberikan saran pertanyaan mana yang diperbaiki dan atau dihilangkan.
Isi Pertanyaan
1. Pertanyaan tentang fakta.
Contoh : umur, pendidikan, agama, status perkawinan dan sebagainya tergantung obyek penelitiannya.
2. Pertanyaan tentang pendapat dan sikap.
Yaitu menyangkut perasaan dan sikap responden tentang sesuatu.
3. Pertanyaan tentang informasi.
Yaitu menyangkut apa yang dikatahui oleh responden dan sejumlah hal tersebut diketahuinya.
4. Pertanyaan tentang persepsi (anggapan langsung atas sesuatu)
Dalam hal ini responden menilai tentang prilakunya sendiri dalam hubungannya dengan yang lain.
Isi Pertanyaan untuk angket sama dengan untuk kuisioner.
Beberapa Cara Pemakaian Kuisioner
1. Kuisioner digunakan dalam wawancara tatap muka dengan responden, cara ini yang lazim dilakukan kita lakukan.
2. Kuisioner diisi sendiri oleh kelompok, contoh : satu kelas murid dalam kelas dijadikan responden dan mereka mengisi Kuisioner secara serentak dan wujudnya beberapa jawaban.
3. Wawancara melalui telepon, proses ini lebih dikenal dari pada wawancara tatap muka dan ada kalanya orang tidak sedia didatangi akan tetapi bersedia lewat telpon.
4. Kuisioner diposkan, cara ini dapat dilakukan untuk Kuisioner yang pendek dan mudah dijawab, akan tidak cukup besar proporsi (bagian) yang tidak dikembalikan oleh resppnden.
Petunjuk Membuat Pertanyaan
1. Gunakan kata-kata yang senderhana dan mudah dipahami oleh semua responden. Hidari istilah yang hebat tetapi responden kurang atau tidak mengerti.
2. Usahakan upaya pertanyaan yang jelas dan khusus.
Pada waktu interview dalam mengajukan pertanyaan harus diusahakan :
1. Pertanyaan dalam kalimat pendek dean tegas, apabila sampel atau responden belum jelas, dapat diberi keterangan.
2. Rumusan pertanyaan harus diusahakan jangan sampai mendapat jawaban tertentu saja.
3. Hindari pertanyaan-pertanyaan yang menempatkan sampel atau responden pada situasi mempertahan diri, sinis atau yang erat kaitannya dengan gengsi kehidupan yang sangat bersifat pribadi. Mulailah dengan pertanyaan yang menyenangkan dan yang tidak bersifat pribadi, kemudian baru diajukan pertanyaan yang lebih pelik.
4. Setelah mendapatkan jawaban segera mungkin untuk dicatat.
5. Setelah pertanyaan disampaikan, harus member kesempatan kepada responden untuk menjawab sendiri dan jangan berusaha mempengaruhi.
Angkat
Pada beberapa petunjuk yang didapat dari responden sebagai pedoman dalam pembuatan angket yaitu :
1. Rumuskan setiap pertanyaan dengan sejelas-jelasnya dan singkat, serta susunan kalimat harus diperhatikan, hindari kata yang tidak perlu dan menyederhanakan kata-kata yang sukar atau dianggap remeh, semua itu menghindari nadanya salah tafsir.
2. Pertanyaan yang diajukan oleh responden hanya yang memang dapat dijawab oleh sampel, apabila responden (sampel) tidak dapat menjawab berarti ada suatu kesalahan yang mungkin terletak dalam pemilihan sampel atau dalam pertanyaan-pertanyaan itu sendiri.
3. Sifat pertanyaan harus netral dan obyektif, tidak perlu mengajukan pertanyaan yang sifatnya memancing jawaban tertentu, hindari pertanyaan yang menimbulkan emosi, malu oleh pihak responden karena hal itu akan menggurangi kejujuran dalam nejawab kecuali kalau memang peneliti punya maksut untuk membuat demikian.
4. Mengajukan pertanyaan yang jawabannya tidak dapat diperoleh dari sumber lain, misalnya : kalau dianggap ada responden, maka tidak perlu ada jawaban dari instansi lain.
5. Keseluruhan pertanyaan dalam sebuah angket harus mampu mengumpulkan kebulatan jawaban untuk masalah yang khusus kita (peneliti) hadapi.
Isi Pertanyaan Angkat
1. Pertanyaan tentang fakta misalnya : umur, pendidikan, agama, status perkawinan, dan sebagainya.
2. Pertanyaan tentang pendapatan dan sikap, isi menyangkut perasaan dan sikap responden terhadap sesuatu.
3. Pertanyaan tentang informasi, pertanyaan ini menyangkut tentang apa yang diketahui oleh responden dan sejauh mana hal tersebut diketahui.
4. Pertanyaan tentang persepsi diri responden menilai sendiri dalam hubungannya dengan yang lain.
Silahkan untuk Memberi komentar dan Masukan bagi terjalinnya komunikasi dan kekeluargaan fh unpas
Tag :
SEMESTER 7
0 Komentar untuk "PENGUMPULAN DATA"